Kedutaan Besar Inggris di Jakarta, lewat UK–Indonesia Tech Hub, berkolaborasi bersama Archipelagic and Island States (AIS) Forum dari United Nations Development Programme (UNDP) Indonesia, menggelar acara Demo Day sebagai puncak dari program Blue Innovative Startup Acceleration (BISA) di Soehanna Hall, Jakarta, pada Selasa (1/7). Program ini diinisiasi dengan mengutarakan inklusivitas dan pendekatan inovasi berbasis teknologi untuk akselerasi ekonomi biru dengan memberdayakan startup, organisasi berbasis masyarakat, dan mahasiswa untuk bersama-sama menciptakan solusi inovatif yang berkelanjutan bagi kawasan pesisir Indonesia.

Wakil Duta Besar Inggris untuk Indonesia, Matthew Downing, mengatakan, “BISA merupakan sebuah contoh tentang bagaimana kolaborasi antara Inggris dan Indonesia dapat mendorong solusi berbasis teknologi untuk ekonomi biru. Seiring dengan kerja sama strategis baru yang disepakati oleh Perdana Menteri Keir Starmer dan Presiden Prabowo Subianto di London, Inggris, tahun lalu, saya sangat menantikan pengembangan inovasi demi membangun ekonomi biru yang resilien, inklusif, dan berkelanjutan.”
Diluncurkan pada Januari 2025, BISA merupakan inisiatif unggulan di bawah Digital Access Programme, yang mengusung komitmen kuat Pemerintah Inggris terhadap digitalisasi yang inkusif dan inovasi pintar berbasis iklim. Sejalan dengan gencarnya Pemerintah Inggris dan Indonesia dalam mengusung kemitraan strategis, program BISA dapat membantu dalam mewujudkan pembangunan berkelanjutan, resiliensi ekonomi, dan pengelolaan lingkungan yang baik.
Melalui UK–Indonesia Tech Hub, Pemerintah Inggris mendukung inisiatif bersifat transformatif seperti BISA yang memanfaatkan teknologi dalam mengatasi permasalahan lingkungan, terutama pada wilayah terluar dan terbelakang. Dengan mengembangkan inovasi dan akses yang inklusif terhadap sarana dan prasarana digital, BISA dinilai dapat mengakselerasi tercapainya masa depan yang lebih merata dan resilien terhadap perubahan iklim.
Deputi Kepala Perwakilan UNDP Indonesia, Sujala Pant, mengatakan, “Sejalan dengan visi UNDP dan AIS Forum, BISA adalah contoh konkret terkait bagaimana komitmen bersama terhadap inklusivitas dan pembangunan berkelanjutan di wilayah pesisir. Inisiatif ini merupakan sebuah langkah strategis untuk memastikan bahwa inovasi merespon langsung berdasarkan kebutuhan masyarakat, dengan pula memperkuat kolaborasi lintas sektor untuk masa depan laut dan pesisir yang resilien. Program BISA bukan sekadar inisiatif, tapi langkah nyata menjawab tantangan di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil. Kami berkomitmen untuk terus mendorong terciptanya ekosistem inovasi biru yang inklusif, memperluas kolaborasi lintas sektor, dan menciptakan peluang ekonomi yang berkelanjutan, khususnya bagi generasi muda dan perempuan yang menjadi kunci masa depan komunitas pesisir.”
Sebagai sebuah wadah inovasi, acara Demo Day BISA menampilkan 10 (sepuluh) Synergy Group, yang terdiri dari gabungan startup, organisasi berbasis masyarakat, dan mahasiswa terpilih dari lebih 200 entitas yang mendaftar. Sepuluh Synergy Group ini kemudian mempresentasikan inovasi dan ide-ide mereka untuk mengatasi permasalahan wilayah pesisir, tersebar dari pengelolaan sampah laut dan akuakultur hingga penyediaan energi terbarukan dan konservasi, dengan solusi yang ditawarkan dibuat berdasarkan wilayah-wilayah terdampak, seperti Bontang (Kalimantan Timur), Takalar (Sulawesi Selatan), Anambas (Kep. Riau), dan Larantuka (Nusa Tenggara Timur).
Menteri Koordinator bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), mengatakan, “Terpilihnya Synergy Group melalui Program BISA sejalan dengan visi kami dalam menguatkan konektivitas dan kolaborasi lintas sektor. Inisiatif seperti ini penting untuk mendorong pembangunan yang lebih merata, berkelanjutan, dan berdaya saing di kawasan pesisir dan kepulauan.”



