BRI Finance Perkuat Ketahanan Pembiayaan di Tengah Tantangan Ekonomi Nasional

0
26

Jakarta, 3 November 2025 – PT BRI Multifinance Indonesia (“BRI Finance”) terus menunjukkan ketahanan di tengah dinamika industri pembiayaan nasional yang sedang menyesuaikan diri dengan perlambatan ekonomi. Total piutang pembiayaan industri multifinance per Agustus 2025 tercatat sebesar Rp505,59 triliun, naik 1,26% secara tahunan (year-on-year), menurut data Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Angka ini lebih rendah dibandingkan pertumbuhan 10,18% pada periode yang sama tahun lalu, mencerminkan tantangan ekonomi yang masih harus dihadapi oleh industri.

Direktur Utama BRI Finance, Wahyudi Darmawan, menekankan bahwa situasi ini menjadi momentum untuk strategi yang lebih matang. “Tahun 2025 kami lihat sebagai fase konsolidasi dan penyesuaian. Fokus kami bukan sekadar mengejar pertumbuhan volume, tetapi memastikan setiap pembiayaan yang disalurkan berkualitas, risiko terukur, dan berdampak positif pada sektor riil. Pertumbuhan yang sehat dan berkelanjutan menjadi prioritas utama BRI Finance,” ujarnya.

Mengantisipasi perlambatan ekonomi, BRI Finance memperkuat pondasi bisnis melalui transformasi digital dan efisiensi proses. Pemanfaatan teknologi menjadi kunci dalam mempercepat analisis risiko, memperbaiki sistem credit scoring, dan memperkuat penagihan berbasis early warning. Langkah ini menjaga kualitas aset sekaligus menghadirkan pengalaman yang lebih baik dan efisien bagi pelanggan.

Tantangan seperti melemahnya daya beli masyarakat dan tingginya suku bunga mendorong industri untuk lebih selektif. “Kami memperkuat strategi melalui diversifikasi produk dan memperluas portofolio ke sektor produktif, termasuk pembiayaan alat berat. Pendekatan ini membuat bisnis kami tidak hanya bergantung pada pembiayaan konsumer, tetapi juga berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi nasional,” tambah Wahyudi.

Aditia Fakhri Ramadhani, Corporate Secretary BRI Finance, menambahkan bahwa tekanan pada permintaan pembiayaan berasal dari kombinasi faktor makroekonomi. “Daya beli yang melemah, tingginya suku bunga, serta sikap konservatif industri menahan laju pembiayaan tahun ini. Kenaikan harga kebutuhan pokok juga mendorong masyarakat menunda pembelian barang bernilai tinggi, seperti kendaraan, yang selama ini menjadi kontributor utama portofolio multifinance,” ujarnya.

Dhani menyoroti bahwa dampak penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) belum sepenuhnya terasa pada biaya dana (cost of fund) maupun minat pembiayaan nasabah. “Sebagian besar lembaga pembiayaan masih menggunakan sumber pendanaan dengan bunga yang dikunci sejak kuartal sebelumnya. Efek positif dari penurunan BI Rate baru akan terlihat setelah bank menyesuaikan bunga pinjaman dan pasar obligasi merespons,” jelas Dhani.

Dari sisi pendanaan, BRI Finance terus melakukan efisiensi dan optimalisasi struktur pembiayaan untuk menjaga margin di tengah tekanan suku bunga tinggi. Sebagai bagian dari ekosistem BRI Group, perusahaan juga memanfaatkan sinergi dengan induk usaha untuk memperluas akses pembiayaan bagi segmen produktif dan UMKM yang memiliki potensi pertumbuhan jangka panjang. Dhani menegaskan, “Melihat tren industri multifinance yang tumbuh moderat, BRI Finance memperkirakan pertumbuhan piutang pembiayaan hingga akhir 2025 akan tetap positif, meski tidak setinggi tahun sebelumnya.”