Efisiensi Logistik Wujudkan Industri yang Kuat dan Kompetitif

0
21

Isu-isu tersebut akan
menjadi sorotan dalam ALFI CONVEX 2025 (Asosiasi Logsitik dan Forwarder
Indonesia), pameran dan konferensi logistik terbesar di Indonesia, yang
menegaskan pentingnya kolaborasi lintas sektor, mulai dari energi, transportasi,
hingga manufaktur, untuk memperkuat daya saing ekonomi nasional. Adapun ajang
ini akan menjadi ruang strategis menyatukan visi pemerintah  dan swasta hingga mitra internasional dalam
mempercepat pembangunan infrastruktur logistik Indonesia. “Logistik yang
efisien adalah nadi dari industri. Terutama industri baja bagi saya. Biaya
logistik yang tinggi dan birokrasi yang kompleks berdampak langsung pada harga
pokok produksi dan daya saing nasional. Karena itu, Krakatau Steel mendukung
penuh percepatan pembangunan sistem logistik nasional yang lincah,
terintegrasi, dan adaptif,” ujar Direktur Utama PT Krakatau Steel (Persero)
Tbk, Akbar Djohan, yang juga menjabat sebagai Chairman IISIA (Indonesia Iron
& Steel Industry Association) dan Chairman ALFI/ILFA (Asosiasi Logistik
& Forwarder Indonesia).

Membedah Tantangan Logistik Indonesia

Sektor logistik
Indonesia masih menghadapi tantangan mendasar yang perlu dibenahi secara
sistemik. Biaya logistik nasional dinilai masih jauh lebih tinggi dibandingkan
negara tetangga di kawasan ASEAN. Inefisiensi di pelabuhan, biaya truking yang
mahal, dan proses birokrasi yang berbelit menjadi penyebab utama tingginya
ongkos logistik.

Kondisi ini
semakin terasa di luar Pulau Jawa, di mana ketimpangan infrastruktur masih
lebar. Keterbatasan pelabuhan, jalan, dan fasilitas pendukung membuat arus
distribusi bahan baku maupun produk baja tidak merata, dan berujung pada
kenaikan biaya distribusi. Di sisi lain, tumpang tindih regulasi antara
pemerintah pusat dan daerah, serta tingginya dwelling time di pelabuhan utama,
memperlambat pergerakan logistik nasional.

Selain persoalan
infrastruktur dan regulasi, peningkatan kualitas SDM logistik juga menjadi
kunci penting. Dalam era digitalisasi industri, kemampuan tenaga kerja untuk
memahami sistem logistik modern dan teknologi rantai pasok tentunya akan menjadi
faktor pembeda dalam menciptakan efisiensi nasional.

“Perlu dilakukan
transformasi menyeluruh mulai dari digitalisasi logistik, konektivitas antar moda,
hingga harmonisasi kebijakan pusat dan daerah. Dengan fondasi yang kuat
tersebut, industri baja di Indonesia bisa tumbuh lebih efisien dan bersaing di
pasar global,” tambah Akbar Djohan.

Logistik yang Lincah untuk Kemandirian Industri

Dalam kerangka
Asta Cita Pembangunan Nasional, Presiden RI Prabowo Subianto menargetkan
transformasi ekonomi berbasis nilai tambah dan kemandirian industri. Dan
cita-cita tersebut bisa diwujudkan jika Indonesia memiliki sistem logistik yang
tangguh dan lincah.

Kemandirian
industri baja nasional dapat terwujud melalui rantai pasok yang efisien. Melalui
logistik yang terintegrasi dan konektivitas yang kuat, Sehingga  dapat mendukung akselerasi Asta Cita dalam
membangun kemandirian ekonomi nasional, mempercepat hilirisasi industri, dan
menciptakan pemerataan pembangunan di seluruh Indonesia.

Melalui forum strategis
seperti ALFI CONVEX 2025, diharapkan dapat mendorong terciptanya efisiensi
rantai pasok nasional. Sebagai bagian dari ekosistem industri, diharapkan
berbagai unsur dapat terus memperkuat
kolaborasi dengan pelaku logistik.